Masa awal pubertas bervariasi antara anak yang satu dengan yang lainnya, pada anak perempuan dimulai di usia 8-14 tahun dan pada anak laki-laki dimulai antara usia 12-16 tahun. Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat.
Pubertas muncul karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon seksual, sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh pun mengalami perubahan.
Menurut dr.Aditya Suryansyah, Sp.A, penulis buku Panik Saat Puber? Say No, masa awal pubertas dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti etnis, keadaan sosial, aktivitas, gizi dan juga ada tidaknya penyakit yang diderita.
"Anak-anak yang hidup di perkotaan biasanya puber lebih cepat dibanding yang tinggal di pedesaan. Faktor gizi dan aktivitas anak juga berpengaruh, misalnya anak yang aktivitas fisiknya tinggi seperti para atlet biasanya pubertasnya agak terlambat," katanya.
Pada anak perempuan, awal pubertas diawali dengan perubahan pada payudara yang terlihat mulai membesar dengan aerola yang melebar. Remaja putri yang mulai puber biasanya tampak lebih besar secara fisik dibanding anak lain yang sebaya.
Dua tahun setelah dimulainya proses perubahan pada payudara, anak akan mengalami menstruasi. "Menstruasi pada anak perempuan bukan awal pubertas, tapi akhir dari pubertas. Setelah mens organ reproduksi anak sudah bisa berfungsi yang berarti anak sudah bisa hamil meski secara psikologis belum siap," kata dr.Adit.
Sementara itu pada anak laki-laki, pubertas diawali dengan pembesaran testis, pertumbuhan penis, tumbuhnya rambut pubis serta perubahan suara. Mimpi basah pada anak laki-laki biasanya terjadi dua tahun setelah proses pubertas.
Selama masa pubertas, tubuh sangat giat menghasilkan hormon pertumbuhan. Kegiatan hormon ini menghasilkan minyak yang menutupi pori-pori dan bercampur dengan bakteri yang kemudian menyebabkan jerawat. Keadaan ini bisa berlangsung beberapa tahun selama masa remaja.
Walaupun pubertas adalah proses yang alamiah, tapi tidak semua remaja dan orangtua siap menghadapi fase ini. "Banyak yang merasa panik karena tidak mengerti dengan perubahan yang dialaminya, di lain pihak anak juga bingung harus mengadu kepada siapa karena malu bertanya pada orangtuanya," katanya.
Karenan kurang lancarnya komunikasi antara anak dan orangtua, kebanyakan remaja mencari informasi dari teman sebanyanya. Padahal, informasi tersebut seringkali keliru. Louisa Maspaitella, M.Psi, psikolog, menyarankan agar orangtua memantau tanda-tanda pubertas pada anak.
"Orangtua sebaiknya membekali diri dengan informasi sehingga bisa memberi penjelasan yang benar pada anak seputar masalah pubertas. Jangan malah menakut-nakuti atau menutupi karena merasa tabu berbicara mengenai seks pada anak," katanya.
No comments:
Post a Comment